Upaya Membangun Profesionalalisme Guru Pendidikan Dasar dalam Era Globalisasi Melalui Kemitraan Sekolah
Karya ini sudah di Presentasikan dengan Para Peguji Ditingkat Nasional Pada Kegiatan Seminar Nasional Melalui Kegiatan Kesharlindung Dikdas Kemdikbud RI.
Tanggal 9-12 Mei 2017 di Jakarta.
Upaya Membangun
Profesionalisme Guru Pendidikan Dasar dalam Era Globalisasi Melalui Kemitraan
Sekolah
Pencapaian
tujuan sekolah dan pendidikan secara efektif dan efisien diperlukan dan
diharapkan sebuah hubungan yang erat kepada masyarakat atau publik. Hubungan
sekolah dengan publik adalah suatu sarana yang sangat berperan dalam membina
dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik disekolah. Dalam hal ini,
sekolah hanya sebagai sistem sosial, dimana masyarakat atau publik merupakan
bagian integral dari sistem sosial yang berberan sangat besar. Disamping itu
juga sekolah diharapkan sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi
perubahan-perubahan masyarakat didalam kehidupan ekonomi, kebudayaan,
teknologi, dan dapat disesuaikan dengan keberadaan sekolah. Majunya pendidikan
dapat ditunjukkan oleh para pendidik disekolah melalui proses pengajarannya
yang masih melakukan subject matter
centered, namun yang diharapkan guru harus melakukan comunity life centered; artinya tidak lagi berpusat hanya dengan
buku, namun diperlukan agar berorientasi pada kebutuhan kehidupan didalam
masyarakat atau publik. Dimana konsep pendidikan yang demikian mengandung
implikasi-implikasi yang berhubungan erat dengan masyarakat ataupun publik.
Metode
yang dilakukan adalah metode gagasan dimana melakukan
pengumpulan berbagai pendapat sebagai sarana pemahaman tentang kemitraan sekolah untuk membangun mutu pendidikan disekolah.
Dari gagasan tersebut, Kemitraan Sekolah sangat berperan
penting didalam pengembangan mutu pendidikan disekolah, dimana para guru di
sekolah diharapkan supaya mengetahui kondisi lingkungan peserta didik;
kepala sekolah dan guru diharapkan mampu memanfaatkan sumber-sumber yang ada
dimasyarakat/publik; sekolah harus bekerja sama dengan organisasi dan instansi
yang memiliki tugas penting terhadap peserta didik; guru harus siap mengikuti
dan mengkaji sumber-sumber sebagai masukan perkembangan pendidikan. Sebagai tolak ukur kemitraan
sekolah adalah harus melakukan hubungan edukatif, hubungan kultural dan
hubungan institusional.Dengan memahami peranan kemitraan membangun
mutu pendidikan, penulis berkesimpulan bahwa sangat diperlukan sebuah hubungan
yang erat antara sekolah dengan masyarakat dan publik, dimana kemitraan ini
tidaklah dapat terpisahkan begitu saja. Dimana kemitraan sekolah memiliki
peranan penting membangun dan meningkatkan keprofesionalan Guru disekolah untuk
peningkatan mutu pendidikan peserta didik disekolah. Dimana sekolah tersebut di
isi oleh Kepala Sekolah; Guru; Stap Penata Usahaan Sekolah dan juga Peserta
Didik.
Kata kunci : Membangun Kemitraan Sekolah.
==================================================================
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Adanya hubungan kemitraan sekolah dengan masyarakat
publik akan sekolah diharapkan mampu menghadapi segala perubahan dan tuntutan
masayarakat yang selalu tumbuh dan berkembang susuai dengan perkembangan zaman.
Disamping itu juga dengan adanya hubungan kemitraan sekolah yang baik, maka
tidak menutup kemungkinan sekolah akan mampu menghadapi abad ke 21 dimana
masyarakat berubah dan berkembang dengan pesat mengikuti majunya teknologi.
Dalam hal ini diharapkan hubungan kemitraan sekolah untuk tetap terjaga dan terlaksana.
Harus disadari bahwa menjalin hubungan sosial dengan siapapun
merupakan bagian penting dalam menjalankan segala aktivitas kehidupan.
Bagi seorang fasilitator membangun kemitraan merupakan hal yang esensial
mengingat peran yang harus dimainkan sebagai garda terdepan pihak yang
melakukan pendampingan program. Sementara aktivitas program memiliki misi
jangka panjang sebagai pemantik agar masyarakat tahu dan mau serta mampu
menolong dirinya sendiri dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi.
Semua itu ditempuh agar masyarakat mampu bertransformasi menjadi komunitas
peduli lingkungan pendidikan.
Hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Melalui hal ini,
sekolah dapat di kategorikan bagian integral dari sistem sosial yang lebih
besar, yakni masyarakat. Dalam hal ini Sekolah dan Publik mempunyai hubungan
yang sangat erat dan tidak dapat terpisahkan untuk mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan secara efektif dan efisien. Begitu juga sebaliknya bahwa sekolah
harus menunjang pencapaian tujuan atau memnuhi kebutuhan masyarakat, terutama
kebutuhan pendidikan. Maka dari tuntutan kebutuhan masyarakat, sekolah wajib
memberikan penerangan(penjelasan) tentang apa tujuan dari sekolah, apa program
dari sekolah, apa kebutuhan sekolah, dan harus memperhatikan dan
mempertimbangkan keadaan masyarakat yakni harapan dari masyarakat. Begitu juga
sebaliknya, Masyarakat harus tahu, apa kebutuhan, apa harapan sekolah. Dengan
kata lain, bahwa antara sekolah dan masyarakat publik perlu membina suatu
hubungan yang sangat harmonis.
Sekarang
ini terjadi berbagai macam polemik yang kita lihat didalam sekolah antara
masyarakat dan pihak sekolah. Hal ini terjadi karena kurangnya hubungan atau
jalinan antara pihak sekolah dengan masyarakat. Badan dari sekolah diisi oleh,
Kepala Sekolah, Guru, Stap Ketata Usahaan dan Juga Peserta didik. Tanpa kita
sadari bahwa Hak hidup dan Kelangsungan hidup sekolah tergantung pada
masyarakat publik. Maka dari hal ini masyarakat juga menganggap bahwa mereka
lah sebagai pemilik sekolah tersebut. Karena tanpa masyarakat peserta didik
tidaklah akan ada sebagai siswa untuk didik oleh para guru. Sebagai timbal
baliknya juga, masyarakat tidak menyadari bahwa sekolah adalah lembaga sosial
yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang
pendidikan.
Melalui
penjelasan polemik diatas, penulis berperan serta untuk menjelaskan perlunya
hubungan antara sekolah dengan masyarakat publik. Dimana hubungan ini harus di
pererat semaksimal mungkin oleh para pendidik umumnya, pihak sekolah khususnya
agar tujuan dari kedua bagian ini (masyarakat dan sekolah) dapat tercapai
dengan baik demi memajukan pendidikan di negara yang kita banggakan dan kita
cintai ini. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik rasa
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan
baik.
Adapun
judul makalah yang akan dikembangkan penulis dari latar masalah ini diperlukan
sebuah “Upaya Membangun Profesionalisme
Guru Pendidikan Dasar dalam Era Globalisasi Melalui Kemitraan Sekolah”.
B. Identifikasi dan
Rumusan Masalah
1.
Identifikasi
Masalah
Banyak orang mengartikan hubungan
kerja sama sekolah dengan masyarakat itu pengertian yang sempit. Mereka
berpendapat bahwa hubungan kerja sama itu hanyalah dalam hal mendidik anak
belaka. Dengan pengertian, cukuplah sudah orangtua dan guru yang berusaha untuk
mendidik anak-anaknya/murid-muridnya. Pada hal hubungan kerjasama antara
sekolah dan masyarakat sangatlah megandung arti yang luas dan mencakup beberapa
bidang. Dan sudah barang tentu bidang tersebut adalah bidang pendidikan
anak-anak khususnya dan pendidikan masyarakat pada umumnya. Mencapai keinginan
Masyarakat dan tujuan Sekolah didalam meningkatkan kualitas pendidikan maka
diharapkan Kemitraan atau kerjasama antara sekolah dengan masyarakat publik
sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
Berdasarkan
hal tersebut di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut
:
a. Mengapa
harus dilakukan hubungan antara sekolah dan masyarakat publik
b. Apa
tujuan Kemitraan Sekolah dengan masyarakat publik
c. Melalui
kemitraan sekolah dengan masyarakat publik mampu Mengembangkan Mutu dan
Pertumbuhan anak-anak secara khusus, dan mutu kehidupan masyarakat secara umum.
d. Kurangnya
perhatian, pengertian, antusiasme dan partisipasi masyarakat.
e. Munculnya
berbagai macam polemik yang terjadi antara guru dengan morangtua peserta didik
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah yang dijadikan
sebagai titik fokus pembahasan didalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana
hakikat hubungan antara sekolah dengan masyarakat secara filosofis yang harus
diketahui ?
b. Apa
Tujuan dilakukannya hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai publik ?
c. Bagimana
mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak melalui implikasi
kemitraan sekolah dengan masyarakat ?
d. Bagaimana
harapan yang dilakukan untuk meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan masyarakat
melalui kemitraan sekolah yang dilakukan ?
e. Gagasan
dan upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan untuk membangun hubungan yang
harmonis antara sekolah dengan masyarakat ?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, penulis menentukan tujuan yang ingin
dicapai antara lain :
a.
Mengetahui gambaran tentang hakikat
hubungan antara sekolah dengan masyarakat secara filosofis
b.
Mengetahui gambaran tentang Tujuan
dilakukannya hubungan sekolah dengan masyarakat
c. Mengetahui gambaran tentang bagaimana mengembangkan mutu
belajar dan pertumbuhan anak-anak melalui implikasi kemitraan sekolah dengan
masyarakat
d. Mengetahui gambaran tentang tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan masyarakat melalui kemitraan sekolah.
e.
Mengetahui gambaran
tentang Gagasan dan upaya-upaya yang harus dilakukan untuk membangun hubungan yang
harmonis antara sekolah dengan masyarakat
=====================================================================
BAB
III
PEMBAHASAN
Permasalahan yang harus
kita pahami bersama bahwa masyarakat sebagai publik yang menyekolahkan anaknya memiliki
hubungan dapat dikategorikan masih jauh dari kurang terhadap sekolah tempat
anaknya bersekolah. Banyak masyarakat yang memiliki perasaan segan untuk
membangun hubungan dengan sekolah, terlebih bagi masyarakat yang memiliki pemikiran
tidak menyukai sekolah ketika masih
bersekolah pada zamanny dulu atau tidak peduli dan peka terhadap perkembangan
zaman. Begitu juga dengan para Pendidik yang notabene hanya bekerja dan tidak
tahu banyak tentang akan lingkungan sekitar sekolah. Jadi, sebelum memamparkan
tentang kemitraan sekolah, baik guru, orangtua peserta didik, maupun masyarakat
perlu dilakukan sebuah pemahaman masing-masing pihak tentang pentingnya sebuah
hubungan didalam mencapai sebuah tujuan kerjasama antara guru, orangtua peserta
didik, lingkungan, dan anggota masyarakat lainnya dalam membentuk mitra penuh,
dimana kemitraan atau hubungan yang dilakukan sangat berpeluang besar didalam
menciptakan sebuah program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan sekaligus
menggambarkan keanekaragaman di dalam sekolah. Dengan demikian mereka dapat berbaur dengan iklim sekolah yang
baik karena menghargai dan menanggapi adanya perbedaan dan kesamaan di antara
siswa. Dengan kata lain partisipasi yang dicita-citakan adalah partisipasi
sehat demi kualitas pendidikan yang akan diperoleh.
Dalam hal ini menurut
Prof. Thomas J.. Sergivani dari Trinity didalam (Kay A.Norlander.dkk, 2009:89)
bahwa membentuk struktur sosial yang menyatukan orang-orang dalam kesatuan dan
yang mengikat mereka dalam satu rangkaian nilai dan ide yang dimiliki bersama.
Didalam hal kerjasama atau hubungan antara Guru sebagai pemandu pendidikan di
lingkungan sekolah maka diharapkan mampu melakukan tindakan untuk menjalin
kemitraan dengan lingkungannya. Seperti yang di ungkapkan (Kay A.Norlander.dkk,
2009:93) bahwa untuk mengubah situasi
saat ini dibutuhkan usaha terkoordinasi dari banyak pihak, tetapi guru dapat
dan harus menjalankan peran terpenting. Guru yang memiliki pemahaman yang jelas
tentang lingkungnan sosial dan ilmu lingkungan ruang kelas mereka dan komunitas
sekitarnya akan lebih mampu membuat keputusan profesional yang benar. Guru
kelas harus sensitif, pintar dan pahamtentang banyak kebudayaan individu yang
ditemukan diruang kelas.
Untuk memahami dan
memperjelas ungkapan diatas diharapkan Guru mampu mengembangkan pengetahuannya
didalam melaksanakan kemitraan kepada lapisan masyarakat publik melalui
keberagaman yang telah didapatkan dari peserta didik yang di bimbing/didik
disekolah.
Dari ulasan diatas,
akan menimbulkan pertanyaan, menngapa sekolah harus melakukan hubungan dengan
masyarakat publik ? untuk menjawab pertanyaan ini, (M.Ngalim P, 2010:188)
mengungkapkan pandangannya bahwa, a) Sekolah adalah bagian yang integral dari
masyarakat; ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat, b) Hak
hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada masyarakat, c) Sekolah
adalah lembaga sosial yang berfunngsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat
dalam bidang pendidikan, d) Kemajuan sekolah dan kemajuan masyarakat saling
berkorelasi; ke-duanya salinng membutuhkan, e) Masyarakat adalah pemilik
sekolah; sekolah ada karena masyarakat memerlukannya. Kerjasama yang dilakukan
oleh sekolah dengan berbagai pihak sangatlah beragam. Seperti yang diungkapkan (Keith & Girling,
1991: 256-259), bahwa bentuk hubungan antara sekolah dengan para stakeholdernya
terbagi menjadi tiga model. Model pertama adalah profesional, kedua yaitu
advokasi, dan ketiga ialah kemitraan. Model Kemitraan mengandung pembagian
tanggungjawab dan inisiatif antara keluarga, sekolah dan masyarakat yang
ditujukan pada pencapaian target kependidikan tertentu. Model ini berbeda
dengan dua model lainnya. Model profesional mengandalkan pada layanan pegawai
sekolah dan para pakar, sehingga hubungan yang terjalin dengan pihak orangtua
atau masyarakat umumnya hanya satu arah. Adapun model advokasi terkesan lebih
mendudukkan dirinya sebagai usaha oposisi terhadap kebijakan pendidikan pada
umumnya dan sekolah pada khususnya.
Sebagai pedoman
pendukung bahwa mitra sekolah selain dari orangtua adalah masyarakat, maka
untuk menjelaskan lebih lanjut (Kowalski, 2004: 41) menjelaskan bawha alasan
kuat perlunya sekolah menjalin kemitraan dengan masyarakat, yakni sebagai
berikut: 1. Masyarakat telah membayar pajak untuk terselenggaranya pendidikan
2. Kebanyakan komunikasi sekolah dan masyarakat dilakukan satu arah, sehingga
ada informasi dari masyarakat yang tidak sampai ke sekolah 3. Pendekatan
informal cenderung kurang efektif dibandingkan dengan cara yang lebih
sistematis 4. Masyarakat terdiri atas keberagaman.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bauch
dan Goldring, 1995: 16- 17), mengemukakan adanya implikasi berupa kurang
baiknya pengkondisian lembaga dengan nuansa birokratis jika kita bermaksud
mengundang lebih banyak partisipasi orangtua. Nuansa ini tercermin dari adanya
ukuran sekolah yang terus menerus bertambah besar, semakin peliknya kurikulum,
pembedaan siswa, dan terdapat konflik antara staf sekolah dengan pihak
eksternal yang mengarah pada masalah akuntabilitas lembaga. Model yang
disarankan Bauch dan Goldring untuk dikembangkan adalah model komunitarian,
yakni model yang mengedepankan keeratan sosial di antara siswa, orangtua, dan
sekolah dengan didasarkan atas nilai, kepercayaan dan harapan yang sama,
pengorganisasian kurikulum yang sederhana, tidak adanya pembedaan siswa, dan
ukuran yang tidak terlalu besar.
Kemitraan yang
dilakukan kepada masyarakat publik
(Molloy, dkk, 1995 :62) berpendapat bahwa harus melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.
Memulai kemitraan
Sekolah
selaku pemicu awal kemitraan memulai dengan menganalisis kebutuhan baik siswa,
orangtua maupun sekolah. Kesamaan atau kesejalanan kebutuhan diantara ketiga
pihak tersebut adalah latar belakang yang baik untuk memulai kemitraan. Sekolah
dalam tahapan ini juga perlu menelusuri informasi tentang kemitraan yang pernah
dilakukan sebelumnya antara sekolah dan orangtua, sehingga dapat menjadi acuan
pada kegiatan selanjutnya. Informasi lain yang perlu diketahui pihak sekolah
adalah mengenai potensi orangtua sebagai mitra sekolah. Potensi yang dimaksud
bisa dari berbagai sudut pandang, antara lain ekonomi, pekerjaan, keahlian dan
pengalaman, kepentingan, minat, kegemaran, dan lain sebagainya.
2.
Membangun kemitraan
Pola
persuasif menjadi pilihan yang utama dalam mengundang perhatian orangtua akan
permasalahan kenakalan anak. Kemasan yang informal juga menjadi cara jitu untuk
membangun kemitraan antara sekolah dan orangtua sebelum mengarah kepada bentuk
kegiatan yang formal. Efektivitas kemitraan sekolah dan orangtua dalam
membangun kemampuan sosial anak akan lebih dipertajam dengan hadirnya
fasilitator yang berkeahlian dan bersifat netral, misal pakar pendidikan tinggi
dan praktisi. Kemitraan bahkan dapat diperluas menjadi sebuah jaringan dengan
melibatkan bagian – bagian masyarakat, misal unit pelayanan publik, media
lokal, perusahaan komersil, wadah pelatihan. Tempat yang dipergunakan pun tidak
hanya sekolah, contoh antara lain berupa perpustakaan publik, rumah sakit,
kegiatan bazaar, pameran daerah, karnaval, museum, kantor polisi, dan lain
sebagainya.
3.
Mengembangkan visi bersama
Pihak
sekolah maupun orangtua bersama – sama merancang visi yang dalam hal ini
dimisalkan berupa pencegahan kenakalan anak. Kedua pihak berpikir tentang
tujuan yang hendak dicapai dan cara apa yang dilakukan guna meraihnya. Dari
tuangan pemikiran tersebut diharapkan munculnya rasa tanggungjawab akan
pelaksanaan, keberlangsungan, dan keterkaitan kegiatan.
4.
Mengimplementasikan perencanaan ke dalam
tindakan kolaboratif
Sebagai kegiatan
kolaboratif, maka keterlibatan semua pihak sangat diperlukan. Sebagai contoh
tujuan sebuah kegiatan yang berupa memperkuat hubungan anak dan orangtua
melalui peningkatan keterampilan komunikasi, maka secara implementatif
aktivitas yang dilaksanakan harus dapat menunjuk secara nyata interaksi antara
anak dan orangtua, misal perlombaan antara keluarga siswa dan lokakarya pola
asuh anak yang melibatkan orangtua dan siswa sebagai peserta. Contoh lain
semisal upaya membangun citra diri anak di tengah - tengah masyarakat. Kegiatan
yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak anak dan orangtua mengunjungi rumah
sakit, museum, perpustakaan, kantor polisi, dan lain sebagainya.
Mengenai tujuan
Kemitraan Sekolah terhadap publik masyarakat T.Sianipar mengungkapkan tinjauannya
didalam (M.Ngalim P, 2010:189) bahwa, kepentingan sekolah dan masyarakat dapat
di tinjau untuk melihat hubungan antara kedua lembaga ini. Ditinjau dari
kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan
masyarakat bertujuan untuk :a) Memelihara kelangsungan hidup sekolah, b)
Meningkatkan mutu pendidikan disekolahyang bersangkutan, c) Memperlancar proses
belajar mengajar, d) Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah. Selanjutnya
ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri bahwa masyarakat ikut a)
Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang
mental-spritual, b) Memperoleh bantuan sekolah dalamm memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, c) Menjamin relevansi program sekolah
dengan kebutuhan masyarakat, d) Memperoleh kembali anggota masyarakat yang
makin meningkat kemampuannya.
Dari
pendapat ini maka tujuan dari hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah
sebagai berikut :
1.
Mengenalkan betapa pentingnya sekolah
bagi masyarakat,
2.
Untuk mendapatkan dukungan dan bantuan
moril maupun material secara finansial yang dibutuhkan oleh sekolah dalam
pengembagan program pendidikan disekolah,
3.
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan program
yang dilaksanakan oleh sekolah,
4.
Memperluas program sekolah seusai dengan
perkembangan dan kebutuhan yang terjadi pada masyarakat,
5.
Mengembangkan kerjasama yang lebih baik
dan erat secara kekeluargaan dalam mendidik peserta didik disekolah.
Selanjutnya (E. Mulyasa, 2009:50)
mengemukakan tujuan dilakukannya hubungan sekolah dengan masyarakat untuk 1)
Memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) memperkokoh tujuan
serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat, 3) menggairahkan
masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Sebagai realisasi dari
tujuan hubungan antara sekolah dengan masyarakat adalah menarik simpati
masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah
dan masyarakat.
Didalam
mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-anak melalui implikasi
kemitraan sekolah dengan masyarakat akan
menunjukan majunya konsep-konsep pendidikan dari para pendidik terutama dari
para guru yang ada disekolah untuk tidak semata-mata terpusat kepada buku namun
diharapkan dapat berorientasi pada kebutuhan kehidupan didalam masyarakat.
Dalam hal ini (M.Ngalim P, 2010:190) mengemukakan bahwa makin majunya
konsep-konsep pendidikan menunjukkan kepada pendidik, terutama guru-guru di sekolah,
agar pendidikan dan pengajaran tidak lagi subject
matter centered, tetapi hendaknya community
life conttered tidak tidak lagi berpusat pada buku, tetapi berorientasi
pada kebutuhan kehidupan didalam masyarakat. Konsep pendidikan yang demikian
mengandung implikasi-implikasi yang berhubungan dengan masyarakat, seperti
antara lain : 1) Personel sekolah, terutama guru-guru, perlu mengetahui
benar-benar kondisi-kondisi masyarakat lingkungan hidup anak-anak yang sangat
penting bagi program pendidikan seperti lingkungan alam tempat anak itu hidup,
macam-macam masalah pendidikan yang timbul dimasyarakat itu, keadaan
penghidupan dan ekonomi mereka, kesempatan dan sarana rekreasi bagi anak-anak,
2) Kepala sekolah dan guru hendaknya selalu berusaha untuk dapat bekerja sama
dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat yng diperlukan untuk
memperkaya program sekolah, 3) Sekolah hendaknya dapat bekerja sama dengan
organisasi-organisasi dan instansi-instansi lain didalam masyarkat yang
mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak, 4)
Guru-guru hendaknya selalu mengikuti perkembangan masyarakat dan selalu siap
memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat yang masyarakat yang dapat
dimasukkan kedalam rencana perkembangan pendidikan.
Dari penjelasan ini,
maka dapat diterapkan dan dikembangkan bahwa guru didalam mengemban
keprofesionalismeannya sebagai guru, maka harus mampu melakukan kemitraan dari
sekolah tempat mengajar terhadap lingkungan masyarakat dan publik.
Sebagai Harapan yang
dilakukan untuk meningkatkan tujuan dan mutu kehidupan masyarakat melalui kemitraan
sekolah diharapkan sebagai pelopor perkembangan bagi perubahan-perubahan
masyarakat didalam bidang-bidang kehidupan ekonomi, kebudayaan, dan teknologi,
dengan artian bukanlah sekolah yang mengekor secara passif kepada perkembangan
masyarakat, tetapi harus sekolah yang mememlopori bagiamana dan kemana
masyarakat itu harus dikembangkan.seperti halnya Prof.Dr.Bachtiar Rifai.dkk
didalam (M.Ngalim P, 2010:192) mengemukakan bahwa : 1) sekolah harus dwi
fungsi,mampu memberikan pendidikan formaldan pendidikan non formal baik untuk
para pemuda orang dewasa pria-wanita, 2) sekolah hendaknya mempunyai kurikulum,
metode mengajar, serta evaluasi dan program yang menyenangkan, merangsang dan cocok
dengan tujuan pendidikan, 3) sekolah hendaknya bagian integral dari masyarakat
sekitarnya dan berorientasi kepada pembangunan dan kemajuan, 4) sekolah
hendaknya mempunyai mekanisme untuk menjamin pemeliharaanny dialog yang
kontinyu antara sekolah-orangtua murid-masyarakat, dan juga dialog intrasekolah
dan antar sekolah.
Jika hubungan sekolah
dengan masyrakat berjalan dengan baik, maka rasa tanggung jawab dan partisipasi
masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta
hubungan dan kerjasama yang baikantara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu
mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
Gambaran dan kondisi sekolah dapat di informasikan kepada masyarakat melalui
laporan kepada orangtua murid, buletin bulanan, penerbitan surat kabar, pameran
sekolah,, open house, kunjungan
kesekolah kunjungan kerumah murid, penjelasan oleh staf sekolah; murid, radio,
dan televisi, serta laporan tahunan sperti yang diungkapkan oleh (E. Mulyasa,
2009 : 56).
Dari apa yang
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa sekolah-sekolah tradisional seperti
yang kita miliki sekarang harus dapat mengemukakan dan menyimpulkan sesuai
dengan keberadaannya. Bahwa didalam hubungan sekolah, orangtua kepada
masyakat.publik. disamping itu juga kepala sekolah yang baik merupakan salah
satu kunci untuk biasa menciptakan hubungan yang baik antara sekolah dan
masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang
terjadi pada peserta didik dilingkungan sekolah dan apa yng dipikirkan orangtua
tentang sekolah. Kepala sekolah dalam hal ini dituntut untuk senantiasa
berusaha membina dan meningkatkan hubungan kerjasama yang baik anntara sekolah
dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien. Dimana hubungan
kerja yang dilakukan dengan harmonis maka akan terbentuk pula saling
pengertian, saling membantu, saling ada rasa tanggung jawab. Dalam hal ini (E.
Mulyasa, 2009:51) mengungkapkan bahwa hubungan yang harmonis akan membentuk :
1) saling pengertian antara sekolah, orangtua, masyarakat dan lembaga-lembaga
lain yang ada dimasyarakat, termasuk dunia kerja, 2) saling membantu antara
sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan
masing-masing, 3) kerjasama yang erta antara sekolah dengan berbagai pihak yang
ada di masyarakat dan mereka merasa bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan
disekolah.
Melalui hubungan yang
harmonis diharapkan juga akan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat, yakni terlaksananya proses pendidikan disekolah secara produktif,
efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang berkualitas.
Lulusan yang bagaimanakah yang dimaksud berkualitas tersebut ? selanjutnya
masih (E.Mulyasa,2009 : 52) mengemukakan pendapatnya bahwa lulusan berkualitas
tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang
berikutnya atau hidup dimayarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
Sebuah interaksi dapat dijalin melalui pertemuan
melalui tatap muka, baik itu di sekolah, di rumah, maupun di tempat kerja
orangtua, dengan kata lain tempat yang dipilih merupakan lokasi yang nyaman
bagi kedua belah pihak. Kegiatan ini kiranya dapat bagian integral dengan
kegiatan sekolah, sehingga ada pengaturan alokasi waktu yang memperhatikan jam
kerja para pegawai pada umumnya. Komunikasi ini dijalin hendaknya disadari
sebagai bagian penting dari pola pengasuhan, sehingga orangtua berkomitmen
untuk bertemu dengan guru secara rutin di waktu-waktu yang telah ditentukan.
Dari penjelasan diatas, maka sebuah mitra yang
dilaksanakan oleh sekolah dengan masyarakat publik umumnya dan orangtua murid
khususnya agar tidak mengembangkan kendala yang ditemukan sehari-hari. Namun
perlu membangun kerjasama yang baik dan profesional.
Gagasan dan upaya-upaya
harus dilakukan untuk membangun hubungan yang harmonis antara sekolah dengan
masyarakat harus dikembangkan dan terapkan. Diman hal ini sangat penting dimana
masyarakat Indonesia pada umumnya masih belum menyadari bahwa tugas dan
tanggung jawab pendidikan anak-anak adalah juga tanggung jawab masyarakat
disamping sekolah dan pemerintah. Untuk membangun kemitraan ini, diharapkan ada
sebuah kominikasi yang efisen dan efektif. Pada zaman maju yang kita rasakan
saat ini komunikasi tidak lagi jadi alasan untuk tidak dapat dilakukan, namun
perlu upaya menyikapi hubungan yang baik dengan lawan bicara didalam memahami
dan mengaktualisasikan keinginan dan tujuan melalui media komunikasi yang ada
sekarang ini. Media komunikasi yang kita rasakan sekarang janganlah hanya untuk
sekedar mengikuti jaman atau tren/gaya sperti yang di ungkapkan (Lengel
dan Daft,1996) dalam penelitiannya bahwa kemampuan media berperan sebagai
jembatan komunikasi dalam organisasi sadur dari (Robbins, 2005: 314). bahwa
ketepatan pilihan media atau saluran komunikasi dapat dilihat dari kemampuan
media atau saluran tersebut dalam menyebarkan informasi secara simultan,
kapasitas dalam memberikan tanggapan secara cepat, dan tingkat personalitas,
yaitu sejauhmana media atau saluran memungkinkan masing-masing orang untuk
berkomunikasi secara pribadi. Hal yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan
media adalah apakah pesan yang akan disampaikan bersifat rutin atau sebaliknya.
Semakin tidak rutinnya sebuah pesan akan semakin terbuka peluang adanya
ambiguitas. Jika ini yang terjadi, maka lebih baik pimpinan menggunakan media
yang semaksimal mungkin memperjelas pesan yang dimaksud.
Dengan adanya komunikasi yang efektif ditandai
adanya kesepahaman antara komunikator dengan komunikan. Sesuai dengan pendapat
yang disampaikan (Gibson, dkk, 2003: 421), bahwa tindakan yang dapat dilakukan
adalah melakukan tindaklanjut, meregulasi alur informasi, mengoptimalkan
kegunaan tanggapan, berempati pada bawahan, melakukan repetisi, mendorong rasa
saling percaya, mengirim pesan pada waktu yang tepat, menyederhanakan bahasa,
dan mendengarkan dengan lebih efektif. Selanjutnya (M.Ngalim P, 2009:193)
sebagai penguatan tentang komunikasi yang harus dilakukan didalam hubungan atau
interaksi maka dikemukakan wadah pendidikan tidaklah hanya berbentuk sekolah,
tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya, maka azas Pendidikan
Nasional menetapkan bahwa bentuk pendidikan yang kita manfaatkan melalui
berbagai hanya bentuk pengajaran, tetapi juga tauladan, komunikasi, kelompok
atau massa dan sosialisasi pada umumnya.
Hubungan kemitraan sekolah dilakukan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis hubungan seperti yang disampaikan dalam (M.Ngalim
P,2009:194) menyebutkan jenis-jenis Hubungan kerjasama sekolah yaitu :
a. Hubungan
edukatif yaitu hubungan kerjasama dalam hal mendidik/murid, antara guru
disekolah dan orangtua didalam keluarga. Dengan adanya hubungan ini untuk
menghindari terjadinya perbedaan prinsip atau pertentangan yang dapat
mengakibatkan keraguraguan pendirian dan sikap pada diri anak/murid. Antara
sekolah(dalam hal ini Guru) dengan masyarakat(orangtua) untuk tidak berselisih
paham, baik tentang nirma-norma etika maupun norma-norma sosial yang hendak
ditanamankan kepada anak-anak mereka. Cara kerja sama ini dapat direalisasikan
melalui pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru disekolah
orangtua murid sebagai anggota BP3. Disamping itu juga dapat pula dilakukan
dengan mengadakan ajang pertemuan oleh guru kerumah orangtua murid diluar waktu
sekolah. Jika hal ini tidak memungkinkan dan tidak dapat dilakukan maka dapat
pula melakukan pertemuan antara guru dengan orangtua murid perkelas untuk
mengadakan dialog terbuka mengenai masalah-masalah pendidikan yang sering
disekolah dan didalam keluarga dan bagaimana cara mengatasinya.
b. Hubungan
kultural adalah usaha kerjasama antara sekolah dengan masyarakat yang
memungkinkan adanya membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat
sekolah itu berada. Kita mengetahui bahwa sekolah adalah lembaga sebagai
barometer maju-mundurnya kehidupan, cara berfikir, kepercayaan, kesenian, adat
istiadat, dsb, dari masyarakat lingkungan sekolah itu sendiri. Dimana sekolah
diharapkan sebagai tempat terpencarnya norma-norma kehidupan (norma agama,
norma etika, norma sosial, estetika,dsb) yang baik bagi kemajuan masyarakat
yang selalu berubah dan berkembang maju. Dengan demikian diperlukan kerjasama
fungsional antara kehidupan disekolah dan kehidupan didalam masyarakat.
c. Hubungan
institusional adalah hubungan kerja sama sekolah dengan lembaga-lembaga atau
instansi-instansi resmi lainnya, baik swasta maupun pemerintah, seperti
hubungan kerjasama antara sekolah-dengan sekolah lain, dengan kepala
pemerintahan setempat, jawatan penerangan, jawatan pertanian, perikanan dan
perternakan, dengan perusahaan-perusahaan negara atau swasta yang berkaitan
dengan perkembangan pendidikan pada umumnya. Dengan adanya hubungan sekolah
dapat meminta bantuan dari lembaga-lembaga lain, baik berupa tenaga pengajar,
pemberi ceramah tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengadaan dan
pengembangan materi kurikulum, maupun bantuan yang berupa fasilitas serta
alat-alat yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan program sekolah
Sebagai tanggapan penulis didalam pengembangan
hubungan kemitraan sekolah perlu juga dilakukan hubungan kepada para alumni
yang telah berhasil maupun yang belum berhasil sebagai panutan dan tolok ukur
untuk membangun pribadi para peserta didik disekolah. Dalam hal ini para alumni
yang pernah berada disekolah tersebut akan diharapkan untuk memberikan
sumbangsih atau peranan dalam membangun sekolah yang pernah ia duduki menerima
ilmu pengetahuan sebagai bekalnay sebelum mencapai kesuksesan tersebut dan
sebelum mencapai tingkat dewasanya.
==================================================================
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian
pendapat dan hasil pengembangan yang di jelaskan diatas, maka dalam hal ini
perlu kita terima bahwasannya penjelasan diatas sangatlah nyata didalam
pembinaan pendidikan melalui Kemitraan Sekolah yang harus ditumbuh kembangkan
dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional begitu juga sebagai wujud
profesionalisme guru didalam mengemban tugasnya sebagai guru yang profesional.
Denggan adanya sebuah hubungan dari berbagai komunitas, maka diharapkan untuk memahami
arti peran penting dari masing-masing pihak, pemahaman yang baik untuk mencapai
tujuan, dan perlu juga pengenalan
lingkungan sekitar yang lebih dekat dan akrab.
Perlu kita ketahui juga
agar tidak mengesampingkan semangat kemitraan didalam dunia pendidikan
hendaknya kemitraan sekolah dapat dilakukan secara profesional untuk mewujudkan
prinsip yang akuntabel, artinya seluruh pihak sekolah memiliki inisiatif
didalam memahami secara baik tentang prinsip sebuah komunikasi, untuk membangun
dan melaksakan kemitraan sekolah dengan baik melalui komunikasi yang baik,
efektif dan efisien.
Kesimpulan dan harapan
yang dapat penulis sampaikan dapat digambarkan dalam desain berikut :
===============================================================
DAFTAR
PUSTAKA
Bauch, Patricia
A. & Ellen B. Goldring. 1995. Parent Involvement and School
Responsiveness: Facilitating the Home-School Connection in Schools of Choice.
Educational Evaluation and Policy Analysis, Spring 1995 Vol. 17 No. 1 (hal.
1-21)
.
E. Mulyasa.
2009. Manajemen Berbasis Sekolah, PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.
Gibson, James,
dkk. 2003. Organizations; Behavior, Structure, Processes. New York: Mc
Graw Hill Education.
Kay
A.Norlander-Case, Timothy G.Reagan, Charles W.Case.2009. Guru Profesional. Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi Pemikir,
PT. Indek. Jakarta.
Keith, Sherry
& Robert Henriques Girling. 1991. Education Management and Participation.
Bostobn: Allyn and Bacon.
Kowalski,
Theodore J. 2004. Public Relations in Schools (3RD edition). New Jersey:
Pearson Merril Prentice Hall.
Molloy, Patty,
Cs. (1995). Building Home, School, Communiy Partnerships : The Planning
Phase. Texas : Office of Educational Research and Improvement, US
Department of Education.
M. Ngalim
Purwanto. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT.Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Robbins, Stephen
P. 2005. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education
International.
Disusun Oleh :
Hotlider H Simamora
Karya ini sudah di Presentasikan dengan Para Peguji Ditingkat Nasional Pada Kegiatan Seminar Nasional Tanggal 9-12 Mei 2017 di Jakarta.
SEMOGA BERMANFAAT
SALAM KOLABORASI PENGETAHUAN